Posted in Inborn Love

Inborn Love (Chapter 16)

Chapter 16

 

“Sunny???!!”

*****

Apa kau bisa menemuiku?” , ucap Sunny ditelepon.

“Sunny ah~ Kau dimana?” , tanya Sooyoung dengan pelannya.

Aku tunggu kau di tempat biasa, ada yang ingin kusampaikan padamu.

Setelah percakapan singkat tersebut berakhir, Sunny menutup telepon dan menyuruh Sooyoung untuk datang menemuinya di tempat biasa mereka sering pergi. Sooyoung berburu pamit pada Taeyeon karena hal itu dan untung saja Taeyeon dapat memahaminya dan mengijinkannya pergi menyusul yeoja yang dicari-carinya itu.

Sooyoung tiba di tempat yang dijanjikan Sunny setelah 1 jam menyetir dengan cepat, lalu ia mencari Sunny di sekitar danau tersebut. Ketika ia melihat Sunny, perasaannya sungguh tak dapat diungkapkan dengan kata-kata lagi. Ia langsung memeluk Sunny dengan cepat. Sunny tampak pasrah dipeluk dan bernafas panjang membiarkan Sooyoung memeluknya cukup lama.

“Kemana saja dirimu, sayang? Aku sungguh merindukanmu.” Sooyoung mulai tak bisa menahan airmatanya lagi dan membiarkannya jatuh dari kelopak matanya.

“Mianhae.” Sunny memejamkan matanya saat mengucapkan kata tersebut.

“Kumohon padamu, jangan tinggalkan aku lagi, Sunny ah. Aku tak bisa hidup tanpamu asal kau tau.” , ucapnya sambil mengelus lembut pipi Sunny yang kedinginan.

Sunny bahkan tak menjawabi Sooyoung sepatah katapun. Ia hanya mendengar apa yang Sooyoung katakan. Setelah Sooyoung melepaskan pelukannya, Sooyoung melangkah dan mendekat ke tepi danau.

“Apa kau sudah menandatangani surat yang kuberikan padamu?” tanya Sunny tiba-tiba. Sooyoung merasa kaget.

“Sunny ah, kenapa kau bersikeras sekali agar aku cepat menandatangani surat cerai itu? Wae?!” Sooyoung sedikit meninggikan suaranya karena tak bisa mengontrol emosinya.

“Bukankah ini semua merupakan apa yang keluargamu inginkan? Aku sudah memenuhinya, hanya dari kau saja yang perlu untuk menyetujuinya, Sooyoung ah~” , ucap Sunny dengan tenangnya dan melipatkan tangannya di bagian dadanya.

“Aku takkan pernah menandatanganinya, Sunny. Takkan pernah!” , pungkas Sooyoung dengan cepat.

“Kau sungguh ingin bermain dengan semua ini disaat aku serius, Sooyoung?” , ucapnya sambil menatap lirih suaminya itu.

“Apa maksudmu?! Ah~ Jadi kau membohongiku? Kau mendengar semua yang dibicarakan Appa denganku beberapa saat yang lalu diruang tamu?” , tanya Sooyoung sambil menghadap pada Sunny.

“Kau benar. Aku mendengar semua itu. Dan aku merasa aku harus bertindak bukan? Sebelum Appa mu terus merendahkanku di hadapanmu.” , ucap Sunny secara sinis.

“Sunny ah, kumohon jangan seperti ini. Kalau kau tak tahan dengan Appa, katakan saja. Aku yang akan pergi dari sana dan kita bisa hidup bersama-sama lagi. Kita tak perlu hidup dengan Appa dan Eomma ku.” Sooyoung menggenggam tangan Sunny dengan cepat agar dapat meluluhkan sedikit hati Sunny dan keegoisannya.

“Bukan cara seperti itu yang kuinginkan. Aku tak ingin kau membenci keluargamu sendiri. Intinya kau juga harus tau, aku ini tak bisa memberikanmu keturunan! Mengertilah, Sooyoung ah!” Sunny menghempas genggaman tangan Sooyoung dengan cepat saat amarahnya mulai naik. Sooyoung mulai tak bisa meluruskan pikirannya saat Sunny memperlakukannya seperti itu.

“Kau ingat baik-baik, Sunny. Aku mengerti jika saat ini kau sedang merasa tertekan dengan keadaan seperti ini. Aku takkan memaksamu pulang dan kau boleh tenang. Tapi, jika kau memaksaku untuk bercerai denganmu, aku memilih untuk tak hidup lagi di dunia ini. Kau harus pikirkan itu baik-baik. Dan satu hal lagi, kumohon untuk tak menghindar lagi, jangan matikan teleponmu lagi. Berhenti membuatku cemas dengan keadaanmu, huh? Kumohon?” , pungkasnya sambil berlutut.

Sunny tampak kehabisan kata-kata karena melihat Sooyoung terlihat keras kepala dan tak mau menceraikannya. Sunny menghela nafasnya panjang di hadapan Sooyoung dan tak lama itu ia pamit untuk pergi.

“Pulanglah. Kumohon untuk tidak mengikutiku, Sooyoung ah~” , ucap Sunny lalu berbalik badan dengan cepat. Tapi setelah itu, airmata Sunny yang daritadinya ditahan, jatuh begitu saja.

Sooyoung mengangguk mengerti karena ia tau Sunny ingin tenang beberapa saat tanpanya dan juga tanpa keluarganya. Tak berapa lama kemudian, mereka berpisah dari tempat itu dan pergi ke tempat masing-masing.

Disaat tak berapa lama Sunny mencegat taksi, sang supir bertanya padanya tentang tujuannya. Sunny berpikir sejenak untuk tak kembali ke rumah Tiffany, melainkan ke tempat lain. “Ahjussi, antarkan aku ke rumah sakit~”

Selama berada di dalam mobil, hanya Sooyoung lah yang ada dipikirannya. Ia juga merasakan berat hati untuk menceraikan orang yang dicintainya itu. Sebenarnya ia juga tak mau, semuanya ia lakukan dengan terpaksa. Tapi setelah bertemu dengan Sooyoung , ntah apa yang membuatnya ingin sekali ke rumah sakit.

Sunny mengajukan pemeriksaan kandungan. Bukan karena Sunny hamil, tapi ada hal yang ingin sekali ia tanyakan pada dokternya.

“Apakah sungguh tak ada peluang lagi, dokter?”

“Secara klimaks setelah kami lihat, persentasi untuk hamil juga tak banyak. Sebenarnya kau itu tak mandul, hanya persentasi yang memungkinkan hanya sedikit.”

“Apakah aku harus ikut program agar bisa hamil saja, dokter? Dengan begitu aku bisa hamil lagi bukan?”

“Tidak harus begitu juga. Jika kau ingin ikut program, juga harus ada suamimu yang ikut menyetujuinya. Jika tidak, pihak rumah sakit juga tak akan melakukannya.”

Sunny terdiam dan tak bisa melanjutkan lagi saat sang dokter mengatakan kata suami. Tak bisa dipungkiri bahwa kondisi seperti ini sungguh tak memungkinkan untuknya agar membawa Sooyoung datang memeriksa bersamanya. Hanya saja tadinya Sunny terpikir bagaimana caranya agar ia bisa hamil lagi. Tapi nyatanya tindakannya juga sia-sia datang ke rumah sakit dan menanyakan hal itu. Sunny memutuskan  untuk kembali ke rumah Tiffany dan beristrihat kembali.

 *****

“Jadi kau ke rumah sakit tadi, Sunny ah?” Sunny mengangguk. Sunny mulai menceritakan apa yang terjadi padanya hari ini sepulangnya dari rumah sakit tadi kepada Tiffany. Karena Tiffany mendengar kabar bahwa Taeyeon yang tak lama bertemu dengan Sooyoung, tiba-tiba pamit untuk pergi menyusul Sunny. “Darimana kau tau aku bertemu dengan Sooyoung tadi siang?” , tanyanya.

“Taeyeon yang mengatakannya. Sebelum bertemu denganmu, Taeyeon tengah berbincang dengannya.” Tiffany kembali duduk santai dan bersandar pada sofa.

“Bagaimana bisa?” , tanya Sunny kembali. Sepertinya ia penasaran dengan pertemuan antara Sooyoung dan Taeyeon tadi pagi.

“Sooyoung yang mengajak Taeyeon bertemu. Awalnya hanya ingin bertanya tentang keberadaanmu. Tapi, Taeyeon tak mengetahuinya. Tak lama, kau menghubungi Sooyoung dan mengajaknya bertemu. Disanalah Sooyoung berpisah dengan Taeyeon dan Taeyeon memberitahuku semuanya.” Tiffany menjelaskan secara perlahan pada Sunny.

“Aku benar-benar tak tau bahwa ia sedang bertemu dengan Taeyeon. Sampai menanyakan soal keberadaanku.” Sunny mulai menjawab dengan cueknya.

“Ia hanya khawatir padamu, Sunny.” Tiffany mengelus bahunya sambil memberinya semangat.

“Aku tau itu, Ppany. Tapi, memang untuk sekarang ini hatiku masih sulit untuk bisa kembali bersama lagi. Aku.. Aku masih sangat marah terhadap Appa nya!” amarah Sunny kini mulai memuncak dan membuatnya tak bisa menahan tangisannya saat itu.

“Aku mengerti perasaanmu. Arra, aku takkan memaksamu lagi. Uljima~ huh?” ucap Tiffany sambil memeluknya. Merasa bersalah karena memaksanya untuk luluh.

“Aku menangis bukan karena aku sedih. Aku hanya menyesal melepaskan orang yang benar-benar sangat berharga dalam hidupku, Ppany ah~” Sunny menatap Tiffany dengan tatapan lemahnya. Ia sungguh tertekan saat itu. Tiffany memutuskan untuk tak melanjutkan lagi pertanyaannya itu dan berusaha membuat Sunny kembali tenang seperti keadaan semula.

*****

“Hyung~” , panggil Yuri disaat Taeyeon sedang duduk dihalaman sendirian.

“Ne. Wae Yuri ah?” Taeyeon mempersilahkannya duduk.

“Ada yang ingin kudiskusikan padamu.” Ucap Yuri. Yuri mulai sedikit membungkukkan badannya dan melipat kedua tangannya.

Taeyeon menaikkan dahinya sedikit. Tak seperti biasanya Yuri akan berdiskusi dengannya di malam hari. “Apa itu? Bicaralah, Yul~”

“Aku berencana menunda operasiku sampai bulan depan.” Ucap Yuri sambil sedikit menunduk.

“W-Wae??” Taeyeon melototkan matanya karena terkejut.

“Aku dengar kau akan melamar Tiffany besok malam dan menikahinya 2 minggu lagi. Apakah kau keberatan, jika aku juga melakukan hal yang sama kepada Jessica dan ikut dengan harimu juga?” Yuri mulai masuk ke topik pembicaraan dan memberanikan dirinya bertanya.

“Tunggu dulu, Yul~ Tapi, kenapa tiba-tiba?” Taeyeon semakin penasaran.

“Jessica sedang hamil, Hyung.” Ucap Yuri sambil perlahan menatap pada Taeyeon.

“M-mwo?! Hamil katamu? Yak! Bagaimana bisa?” Taeyeon semakin tak percaya. “Dunia apa ini, Tuhan??” , batinnya.

“Sudah lama, Hyung. Yang kutau tak berapa lama Tiffany hamil. Jessica juga hamil. Tapi..”

“Tapi apa lagi?”

“Aku menikahinya juga bukan karena kehamilannya. Melainkan karena kesediaannya untuk menjadi pasangan hidupku. Ia sungguh bertekad mempertahankan janin dan hubungan kami, Hyung.”

“Apakah Appa tau hal ini?” Yuri mengangguk. Taeyeon yang masih tak percaya saja karena hanya ia seorang yang tak mengetahui hal ini.

“Ijinkan aku memilih hari yang sama denganmu, Hyung. Sebelum aku menjalankan operasi.”

“Yuri ah~ Kenapa kau sungguh putus asa dengan hasil operasinya? Kenapa kau tak ambil sisi positifnya bahwa ini semua akan berhasil?!”

“Aku selalu berharap seperti itu, Hyung. Semoga saja.”

“Yuri ah~ Lakukan yang menurutmu benar. Aku takkan pernah keberatan jika hari pernikahan kita sama. Yang terpenting adalah.. kau harus semangat.. Himnae, arraseo?!”

Yuri tersenyum karena bahagia. Masih ada orang yang sangat menyayanginya dan selalu menyemangatinya disaat ia merasa sangat kesakitan saat itu. “Gomawo, Hyung.” , batinnya dalam hati.

*****

Waktu menunjukkan pukul 11 siang. Tampak Tiffany dan Sunny sedang menyiapkan makan malam yang akan dilakukan nanti malam. Rupanya Taeyeon mengubah rencana untuk tak makan diluar, dan Tiffany mengajukan untuk mengadakan makan malam di rumahnya saja.

“Apa kau yakin tak ingin makan bersama kami semua, Sunny?”

“Tetap sesuai yang kukatakan saja, Ppany. Aku akan bersembunyi dikamar. Kau tak keberatan bukan?”

“Bukan begitu. Aku hanya merasa kurang jika kau tak ikut bersama kami semua. Apalagi aku tau kau berada disini.”

“Aku hanya menghindar, Ppany ah. Aku berjanji padamu, jika acara selesai. Aku akan menemanimu berbincang lagi bersama Taeyeon, otte?”

Tiffany mengangguk lalu melanjutkan masaknya lagi. Sunny tampak bekerja keras membantunya agar hidangan terlihat bagus dan tamu yang datang akan menyukainya. Tak lupa, Sunny memasakkan makanan kesukaan Sooyoung juga. Di selanya sedang menyiapkan semuanya, Sunny merasa keadaannya tak sebaik dari biasanya. Sunny membungkam mulutnya dengan refleks saat ia merasa ingin muntah. Dengan cepat ia berlari ke kamar mandi dan berusaha mengeluarkan cairan-cairan dalam perutnya yang terasa menganggu sekali. Tiffany yang melihat reaksi Sunny secara tiba-tiba itu juga langsung menghentikan aktifitasnya dan mengejar Sunny ke kamar mandi.

“Sunny ah~ Gwaenchana??”

“Gwaenchana. Memang aku sedang masuk angin saja. Sudah daritadi pagi aku merasa seperti ini.”

“Kau yakin? Aku rasa kau…” Sunny terdiam, menatap Tiffany dengan seriusnya. Ia mengerti apa yang dimaksud oleh Tiffany. “Maldo andwae, Tiffany ah~ Tak mungkin.. Aku ini mandul..”

“Sebaiknya kau cek ke dokter dulu, Sunny. Jika ada kemungkinan, kau takkan jadi cerai bukan?”

“Ani. Aku tak apa-apa. Jangan mengkhawatirkanku, Ppany. Kau hanya perlu fokus dengan acara malam ini saja. “

Tiffany terdiam kembali dan sedikit tersenyum. Tak berani melanjutkan lagi karena Sunny benar-benar keras kepala tak ingin bertemu dan kembali lagi pada Sooyooung. Ntah harus pakai cara lagi agar bisa mencegah mereka agar tidak bercerai, Tiffany pasrah dengan keadaan dan hanya berharap Sunny bisa mengubah keputusannya.

*****

“Come in, guys~” Taeyeon melayani para tamu yang diundang untuk masuk ke rumah Tiffany, sedangkan Tiffany sedang berada di dapur dan mempersiapkan segalanya. Tampak juga Sunny sudah tak berada di bawah karena tau para tamu sudah tiba saat itu.

“Annyeonghaseyo, paman dan bibi. Terima kasih kalian sudah datang.”

“Chukkae, Taeyeon ssi. Tak menyangka kau akan menikah sekarang. Haha.”

“Haha. Masuklah, Tiffany sedang menunggu di dalam.”

“Yak, Taeng. Apakah Sunny datang?” Sooyoung berbisik kepadanya. Taeyeon hanya menggeleng dan Sooyoung merasa sedikit kecewa karena ketidakhadiran Sunny di acara itu.

“Bersemangatlah. Jangan cemberut begitu. Kau takkan mungkin menghancurkan acaraku bukan?”

“Arraseo~ Aku bercanda.”

Sooyoung pun masuk dan orang-orang terdekat pun saling berdatangan satu per satu. Mr. Kim, Yuri beserta Jessica, Krystal beserta orang tuanya juga diundang oleh Yuri. Hyoyeon, Seohyun dan juga Yoona tak lupa diundang oleh Tiffany. Tak kurang apapun dari rencana yang mereka tetapkan jauh hari. Tampak rencana Yuri juga matang untuk melamar Jessica di malam itu.

Acara makan malam sudah setengahnya dilakukan dan satu sama lain saling berbincang dan saling kenal lebih dekat satu sama lain.

“Perhatian seluruhnya~” Taeyeon berdiri dan memulai bicara. Semua perhatian tertuju ke Taeyeon. “Malam ini adalah malam dimana aku akan melamar Tiffany sebagai calon istriku. Untuk itu, aku mengundang kalian semua untuk menjadi saksi kami dan tak lupa juga, aku turut mengundang kalian kembali untuk hadir dalam pernikahanku yang akan kami laksanakan 2 minggu lagi. Dan aku lupa satu hal…”

Taeyeon menatap ke arah Yuri sejenak dan tersenyum memberi aba-aba agar Yuri juga menyatakan apa yang sudah mereka rencanakan kemarin itu. “Yuri, silahkan~”

“Gomawo, Hyung. Aku turut bahagia karena Hyung ku tak lama lagi akan menikah. Tapi, aku berharap apa yang akan aku katakan, takkan mengejutkan kalian semua. Hari ini… aku juga akan melamar Jessica sebagai istriku.”

Jessica menatap Yuri secara cepat dan tak percaya. “Yak! Babo, duduklah. Jangan mempermalukanku..” ucapnya sambil menarik baju Yuri dengan perlahan.

Yuri menatap Jessica kembali dan tersenyum. Lalu ia memegang tangan Jessica dengan perlahan dan mengajaknya berdiri. Refleks Jessica ikut berdiri juga karena tak tau apa yang harus dilakukannya jika Yuri sudah menariknya di depan orang-orang seperti itu. “Aku tak mempermalukanmu, Sica. Aku serius. Aku ingin melamarmu malam ini juga.”

“This is just daebak…” , cengang Hyoyeon. Yang lain juga ikut tercengang namun mereka juga ikut senang dengan kebahagiaan Yuri.

Yuri mengeluarkan sebuah kotak persegi berwarna merah dan membukanya perlahan “Maukah kau menjadi istriku, Jung Soo Yeon?”

Mata Jessica berkaca-kaca ketika ia tau Yuri melakukan ini semua untuknya secara tiba-tiba. Ia tak dapat berbicara lagi, tapi dibalik tatapannya, ia terlihat bahagia melihat Yuri sungguh mempersuntingnya sebagai istrinya. “Aku mau, Yul.” , ucapnya dengan airmatanya yang tergenang hampir terjatuh karena tersentuh.

Yuri tersenyum lega karena Jessica menerimanya dan langsung memeluknya. Orang-orang yang berada di ruang makan ikut bertepuk tangan dan lega karena sang yeoja menerima lamaran Yuri.

“Chukkae!”

“WooHoo, Chukkae, Yuri ah~”

“Yak! Kalian hanya melihat Yuri kah? Bagaimana denganku? Aku yang ingin menikah juga sekarang ini.”

“Keke~ Kalau kau sudah basi. Kurang kejutan, Taeng ah~”

“Yak! Sooyoung. Kauu….”

“Haha. Mianhae, Hyung. Apakah kita tak melanjutkan ini? Kita harus bertukar cincin pada masing-masing pasangan bukan?”

“Tentu saja. Kau yang terlalu lama memberikan pidato. Ppali~”

Taeyeon dan juga Yuri sebagai namja memasangkan cincin kepada pasangan mereka, Tiffany dan Jessica. Tiffany dan Jessica tampak bahagia dan tersenyum lebar, tak dapat dipungkiri kata-kata dengan kebahagiaan mereka yang hampir mencapai puncak setelah hubungan mereka yang bisa dikatakan sudah cukup lama.

“Kiss-reul. Kiss-reul!!” teriak orang-orang ketika mereka sudah selesai menukarkan cincin pada pengantin mereka masing-masing. Tanpa ragu juga, Taeyeon mengecup lembut bibir Tiffany dengan cepat dan Tiffany memejamkan matanya. Disusul oleh Yuri yang sedikit menatap Jessica dengan aba-aba dan Jessica mengerti lalu tersenyum, Yuri mulai mendekatkan wajahnya lalu mengecup bibir Jessica juga. Acara itu diakhiri oleh tepuk tangan meriah dari para tamu yang hadir saat itu.

Di sisi lain, Sunny menyaksikan mereka dari atas tanpa sepengetahuan siapapun, ikut bahagia dan tersenyum sendiri melihat keasikkan mereka semua saling berbagi canda tawa. Sunny juga menatap Sooyoung secara diam-diam dan mendapatkan Sooyoung juga senang atas kebahagiaan mereka. Sunny hendak kembali ke kamar dan menghentikan aksi diam-diamnya itu, tanpa disengaja kaki Sunny membentur meja kecil yang terletak di sebelah kamarnya. Sunny tercengang dan bingung tak tau harus bagaimana. Dengan cepat Sunny berlari ke kamar dan mengunci kamar itu.

“Suara apa itu?” , semua orang bertanya-tanya karena terkejut juga. Tiffany mulai tercengang juga karena mendengarnya, karena ia tau Sunny sedang berada di atas. “Ahh, mungkin prince sedang nakal diatas dan menendang meja itu. Hehe~” Tiffany kembali menatap Taeyeon, Taeyeon tampak menenangkannya karena ia juga tau Sunny sedang di atas.

Perasaan Sooyoung mulai beralih. Timbul perasaan yang ia rasa terhubung dengan orang yang dicarinya itu. “Kau yakin itu Prince, Ppany ah? Boleh aku ke atas?”

“Huh? P-Pasti Prince. Hehe”

Sooyoung beranjak berdiri karena penasaran. Ia berjalan menuju ke atas dan tepat berada di depan kamar. Ia mencoba membuka pintu itu, namun sayangnya, pintu itu benar-benar terkunci.

“Sunny, keluarlah. Aku tau kau didalam.”

Sunny membelalakkan matanya. Tak percaya dengan suara yang keluar itu dan menyebutkan namanya keluar.

“Sooyoung ah~~ Kau salah paham..”

“Sunny, jangan mengunci dirimu seperti ini. Aku tak pernah ingin kau menghindar dariku. Jadi keluarlah!” bentak Sooyoung. Membuat semua orang kaget, termasuk Appa dan Eomma Sooyoung.

Dengan perlahan, pintu yang terkunci itu terbuka dari dalam dan Sunny menampakkan dirinya. “Ne, ini aku. Apa kau puas?”

Tiffany merasa malu dengan apa yang terjadi, ia membalikkan badannya lalu menyembunyikan wajahnya di bahu Taeyeon. “Mati kita, Taeng. Habis sudah~”

“Kalian tak perlu merasa bersalah, Ppany ah. Aku yang salah.” Ucap Sunny tersenyum. Lalu ia kembali menatap Sooyoung dengan sikap dinginnya. “Kau sudah tau aku disini bukan? Maaf kalau menganggu acara kalian. Aku takkan mengacaukannya lagi, jadi kumohon biarkan aku sendiri.”

“Wajahmu begitu pucat. Apa kau sakit, Sunny?” Sooyoung meraba lembut wajah Sunny yang terlihat sakit seperti itu. “Aku tak apa-apa, kau tak perlu peduli padaku. Ppany ssi, Taeng ssi, kalian tak perlu merasa bersalah. Ini salahku, mianhae sudah mengacaukan acara kalian.”

“S-Sunny ah. Ini bukan salahmu. Aku benar-benar tak tega melihat kau sakit seperti itu. Apa kau muntah-muntah lagi sejak siang tadi? Bisakah kita ke dokter?”

“Ppany ah. Gwaenchana. Tak perlu khawatir padaku.”

“M-Mwo? Apa yang kau katakan tadi, Ppany ssi? Muntah-muntah?” Tiffany mengangguk tapi tak lain dari Sunny yang masih tak menghiraukan Sooyoung. Ia sungguh menganggap keadaannya bukan dari apa-apa.

“Appa, apa kau sungguh ingin kami bercerai? Apa kau lihat sekarang bagaimana menderitanya Sunny tanpa aku? Menjalani hidup sendirian sampai ia jatuh sakit? Sebenci itukah kau pada orang yang kucintai?”

“Appa katakan hanya karena satu alasan dan tak lebih kalau..”

“Kalau aku tak bisa hamil, begitukah?” tawa paksa Sunny pun dikeluarkan saat sang mertua berkata seperti itu. “Yah, Appamu benar, Sooyoung ah~ Tak seharusnya kau mempertahankanku lagi kalau aku tak bisa memberi keturunan untukmu. Jadi usulku untuk bercerai, juga takkan kusesali. Aku rasa aku sudah melakukan apa yang didambakan oleh Appa mu selama ini. Call saja~” , pungkas Sunny secara serius. Sooyoung tak menyangka Sunny akan berbicara keras seperti itu.

“Cukup, Sunny! Aku tak menyangka kau akan keras kepala seperti ini, bahkan di depanku. Ternyata kau memakai cara ini untuk membenciku. Tak ada guna lagi berbicara halus padamu. Jika keputusanmu benar-benar bulat ingin kita bercerai, baiklah! Akan aku lakukan! Kau lihat ini? Huh? Surat cerai?! Aku akan menandatanganinya dihadapanmu agar kau puas!”

Sunny terdiam, mata nya mulai berkaca-kaca dan hampir jatuh akibat genangan airmatanya hampir menumpuk. Ia juga tak habis pikir Sooyoung akan marah seperti itu. “Mianhae, Sooyoung ah~”

“Andwae! Andwae, Sooyoung ah!” Tiffany berteriak lalu mencegah apa yang barusan ingin dilakukan Sooyoung. Tindakannya berhasil dihalangi oleh Tiffany dan berkas tersebut ada di tangan Tiffany. “Ppany ah~ Apa yang kau lakukan?!” Sunny menatapnya lirih.

“Kau tak bisa menceraikannya! Tak boleh! Kau belum tau secara pasti kalau Sunny benar-benar mandul bukan? Ahjussi, coba aku tanya padamu. Apakah kau punya bukti dari rumah sakit yang mengatakan Sunny positif mandul? Ahjussi, jawab aku!” Tiffany berteriak seperti kesetanan, berusaha memperbaiki keadaan agar mereka tak berpisah.

“Apa kau tau Sooyoung? Beberapa hari ini Sunny selalu kesakitan. Sunny… Sunny…” Tiffany menatap Sunny sejenak ketika ia hendak melanjutkan apa yang ia ingin katakan. Sunny terdiam kaku, tak dapat berbicara lagi. Tetesan airmatanya sudah menetes karena perdebatan besar ini. Membuatnya bungkam tak berani berbicara lagi. “Sunny sering muntah-muntah seperti morningsick setiap pagi. Aku selalu mengajaknya untuk kerumah sakit untuk memeriksa, tapi ia selalu menolak. Dan hari ini kondisinya juga masih begitu, kau tau itu Sooyoung? Feelingku semakin mengatakan bahwa Sunny tak mandul! Ahjussi, kau percaya ia akan mandul? Huh? Apa kau punya bukti?!” Tiffany meninggikan suaranya, tak ia pikirkan lagi siapa yang sedang ia ajak bicara saat itu. Tapi, ia hanya tak sampai hati melihat Sunny begitu tersiksa saat itu.

“Ppany, hentikan.” Sunny menggenggam tangannya saat Tiffany sudah mulai keluar dari jalur pikirannya dan merasa bahwa Tiffany sudah sedikit keterlaluan. “Aku tak apa-apa, Ppany. Tolong kalian jangan ribut hanya gara-gara aku. Tolong pergi~ Aku sangat memohon pada kalian.” Sunny berbalik dan tak ingin memandang mereka lagi. Ditambah kondisinya yang masih tak memungkinkan untuk banyak berbicara saat itu, membuat Sunny hampir melemah total dan tak bisa mengatur keseimbangan tubuhnya yang hampir tumbang. Dengan cepat, Tiffany menahannya.

“Ya! Sunny?! Gwaenchana??!” Tiffany tak bisa menahan cemasnya karena melihat keadaan Sunny yang sungguh lemah saat itu. Semua orang yang tampak berkumpul juga merasa sama terhadap Sunny terlebih lagi Sooyoung.

“Lepaskan aku. Aku sudah bilang aku tak apa-apa.” Sunny menolak saat Sooyoung berusaha memegangnya. “Ani, kita ke rumah sakit sekarang, Sunny ah.” Sooyoung bersikeras ingin membawa Sunny ke rumah sakit. Tapi, karena tekanan yang Sunny derita semakin tak bisa ditahan, belum saja dijawab pertanyaan itu semua, Sunny mulai melemah dan hilang kesadaran. Tak buang waktu, semua orang panik dan segera membawanya kerumah sakit.

*****

“Bagaimana keadaan Sunny, dokter? A-Aku.. Aku suaminya..” tangan Sooyoung gemetar, Taeyeon berusaha menggenggam agar ia bisa sedikit tenang.

“Seperti yang kuketahui, ternyata Sunny tak mandul. Sakit yang ia rasakan beberapa hari ini disebabkan karena ia sedang mengandung.” , ucap dokter tersebut.

“M-Mworago?!” Sooyoung masih tak percaya. “Apa kau memastikannya? Huh?” tanyanya lagi.

“Hasil USG akan segera keluar. Maafkan atas persepsi kami yang mengatakan bahwa istrimu mandul, tuan Choi.”

“Bolehkah aku menemuinya?” Sooyoung memohon dengan cepat. Merasa tak sabaran ingin bertemu dengan Sunny-nya.

Sooyoung berjalan masuk menemui Sunny yang tengah tertidur dan masih belum sadar. Ditemani oleh Taeyeon, Tiffany, Jessica, Yuri, Appa dan juga Eomma yang ingin ikut melihat keadaannya.

“Sayang, aku disini. Ireona, Bunny ah~” Sooyoung terus memanggil nama Sunny sambil menggenggam tangannya. Sunny pun terbangun saat ia mulai mendengar desikan kecil dari orang-orang yang sedang mengerumuninya saat itu. “Engh~” , lenguhnya.

“Sunny ah~” Tiffany juga ikut memanggilnya.

“Aku dimana, Ppany ah?” Sunny mulai bertanya. Ia tak menyadari bahwa Sooyoung sedang duduk di sampingnya dan menggenggam tangannya.

“Kau dirumah sakit, sayang.” Sooyoung mulai menjawab lagi. Ia sungguh ingin Sunny kembali memperhatikannya.

“Berhentilah bersikap seolah-olah kau peduli padaku, Sooyoung ah. Kau ikuti apa kata Appamu, ceraikan aku secepat mungkin.” Sunny berbicara dengan sinisnya.

“Aku…” bibir Sooyoung mulai bergetar.

“Aku takkan menceraikanmu, Sunny. Takkan pernah~” ucapnya dengan berani. Sunny menatap suaminya lirih dan tak bisa berkata apa-apa lagi.

 

TBC

 

49 thoughts on “Inborn Love (Chapter 16)

  1. lama amat dach hihihi,, tapi tetep seneng mommy ama daddyku akhirnya bersatu hihi,, tapi mesti nunggu operasi daddy dulu hihihihi
    aigo,,, mereka udah nemu pasangan masing masing horee,,,,

  2. yeah ternyata sunny ga mandul,,thanks to ppany yg bersikeras klo sunny sprti nya mengalami morning sick,,
    yuhuu~taeny&yulsic bkln nikah nih,,haha dan kyk nya soosun ga akn cerai..,

    di tggu lnjtn nya^^
    fighting

  3. Asyikk akhirnya sunny hamil nyusul taeny n yulsic, knp jd musim hamil ya :pђέ:Dºђέº:pђέ:D tgl nunggu sweet momen mrk nih, (y)[̣̇o̲̲̲̅]̣̇[̣̇κ̲̲̲̅]̣̇[̣̇e̲̲̲̅]̣̇(y) thor dtunggu lanjutannya n -̶̶•-̶̶•̸Ϟ•̸Thank You•̸Ϟ•̸-̶̶•-̶ dah update, mianhaee telat baca n komen Šï(y)

  4. tuh kan, sunny kagak itu. untung soo gak nandatangangin surat cerainya
    taeny sama yulsic, tinggal nunggu pernikahannya

  5. Akhirnya JeTi dilamar… Kasihan lhat mreka gk nikah2… Ntar perutny tmbh gede lagi… Sunny jg hamil?? Wow.. Semoga dy mw nerima sooyoung lagi…

  6. Yey ternyata sunny gak mandul dan
    untungnya fany dpt mencegah sooyoung tuk tanda tangan srt cerai…
    Yulsic TaeNy jg sedang bahagianya
    bakal berbarengan nikahnya…
    dtgg chap lnjtnnya thor
    semangat!

  7. akhirnya sunny hamil…….taeny n yulsic u tunangan…smga operasix yul brhasil n bs cpt smbuh….biat bs liat yoong lahir..lnjut y..

  8. Yeayyyy akhirnya tiffany sm taeyeon nya tunangan dan jessica sama yuri nya juga duhhh semoga mereka bahagia ya, dan juga sekarang sunny nya lagi hamil hehe tambah lengkap deh udah gajadi cerai mereka. Lanjutnya jangan lama thor wkwk

  9. chukae sunny, akhirnya apa yg diharapkn trkabul jg, please jgn mnta cerai
    yulsic dn taeny mo merid barengan, wuiihh seru tuh
    ok thor lnjut

  10. yaa appanya soo knpa diam ajaa???
    msh mau blg klo sii sunny tuh mandul,,Tuhan emng baiik smga g ada kslhpahaman lagi di kluarga soo…

  11. sooyoung bawa surat cerainya kmn2?mw langsung diyanda tanganjn..untung ada fany jd .sh bs dgagalkan..akhitnya taeyul nglamar jeti

Leave a comment